Beranda | Artikel
Hadits Arbain Ke 40 - Prioritas Seorang Muslim
Jumat, 25 Maret 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Anas Burhanuddin

Hadits Arbain Ke 40 – Prioritas Seorang Muslim merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, M.A. dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah (الأربعون النووية) atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 8 Sya’ban 1443 H / 22 Maret 2022 M.

Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi

Status program kajian Hadits Arbain Nawawi: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 16:30 - 18:00 WIB.

Download juga kajian sebelumnya: Hadits Arbain Ke 39 – Hukum Tidak Sengaja, Lupa dan Dipaksa

Kajian Hadits Arbain Ke 40 – Prioritas Seorang Muslim

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: أَخَذَ رَسُولُ اللهِ ﷺ بِمَنْكِبَيَّ، فَقَالَ: «كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ

وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُوْلُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ المَسَاءَ. وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ.

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwasanya beliau mengatakan: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memegang kedua pundak saya, kemudian beliau bersabda: ‘Di dunia ini jadilah seperti orang yang asing atau orang yang sedang musafir.`”

Dan Ibnu ‘Umar pernah mengatakan: “Jika engkau berada di waktu sore jangan menunggu waktu pagi, jika engkau berada di waktu pagi maka jangan tunggu waktu sore. Dan ambillah dari masa sehatmu sebelum sakitmu, dan ambillah dari masa hidupmu sebelum matimu.” (HR. Al-Bukhari)

Hadits Abdullah bin ‘Umar ini adalah hadits pokok yang menjelaskan kepada kita tentang prioritas yang benar. Apakah dunia atau akhirat yang akan kita dahulukan? Juga bagaimana kita bersikap dalam urusan dunia kita.

Semua Nabi dan para pengikutnya mengajarkan kepada kita bahwasannya akhirat harus diprioritaskan dan di dunia ini hendaknya kita mengambil secukupnya saja. Ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an saat bercerita tentang orang yang beriman dari kalangan keluarga Firaun. Dia mengatakan:

يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

“Wahai kaumku, sesungguhnya dunia ini adalah kenikmatan dan sungguh akhirat adalah tempat yang abadi.” (QS. Ghafir[40]: 39)

Kehidupan dunia adalah kehidupan dimana orang-orang merasakan kenikmatan di dalamnya, tapi hanya dalam waktu yang pendek kemudian dia segera hilang dan fana. Dan sungguh kehidupan akhirat adalah tempat yang abadi atau tempat untuk tinggal.

Maka kita sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala hendaknya berpikir demikian. Akhirat adalah kehidupan yang abadi, sementara dunia ini hanya sementara, kita hanya mampir disini.

Jangan salah prioritas, jangan kita terlalu asik dengan dunia yang fana dan segera habis. Kita tinggal di sini beberapa tahun saja untuk kemudian setelah itu kita berpindah ke alam yang lebih abadi. Sementara kebahagiaan kita di sana tergantung pada apa yang sudah kita amalkan saat di dunia.

Maka jangan sampai kita terlena dengan kehidupan dunia yang pendek dengan terus mengejar kenikmatannya. Dimana mengejar kenikmatan dunia itu pasti akan membuat kita jatuh dalam perkara-perkara yang haram.

Ingat bahwasanya dunia ini pendek dan kita hanya sementara di sini. Keberadaan kita di dunia adalah untuk menyiapkan bekal akhirat. Karena kehidupan yang sesungguhnya adalah kehidupan di akhirat. Maka di sini kita harus banyak beramal, harus banyak menambah bekal. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ

“Maka berkahilah dirimu, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 197)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sebuah hadits At-Tirmidzi dengan sanad yang shahih mengatakan:

إنَّما مَثَلِي وَمَثَلُ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رَاكِبٍ قال في ظِلِّ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

“Sesungguhnya perumpamaan saya dengan perumpamaan dunia itu seperti orang yang berteduh dibawah pohon, kemudian dia istirahat siang di sana untuk kemudian pergi dan meninggalkan pohon itu.” (HR. Tirmidzi)

Ketika kita berteduh di sebuah pohon hanya sekedar untuk melepas lelah, minum sebentar, berlindung dari panas matahari di siang itu. Tapi itu bukan rumah dan tujuan kita. Kita tidak terlalu nyaman di situ dan segera meninggalkan tempat itu untuk pergi ke tempat yang lain. Begitulah kita di dunia yang hanya untuk sementara. Adapun tujuan kita adalah akhirat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

“Dan akhirat itu lebih baik dan lebih abadi.” (QS. Al-A’la[87]: 17)

Ini semuanya menegaskan kepada kita bahwasanya prioritas seorang hamba Allah adalah akhirat. Dunia itu hanya sementara, kita hanya mampir di situ, maka kita tidak boleh terlena. Kita tidak boleh merasa bahwasanya akan selamanya di sini sehingga lupa dengan tujuan utama.

Ibnu Rajab Al-Hambali Rahimahullahu Ta’ala menukil dari sebagian ahli hikmah yang mengatakan:

عجبت ممن الدنيا مولية عنه، والآخرة مقبلة إليه يشتغل بالمدبرة ️ويعرض عن المقبلة

“Sungguh saya heran dengan orang yang dunia itu berpaling darinya, sementara akhirat akan segera mendatanginya. Tapi dia sibuk dengan yang berpaling dan lalai dari yang akan datang.”

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian Hadits Arbain Ke 40 – Prioritas Seorang Muslim


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51564-hadits-arbain-ke-40-prioritas-seorang-muslim/